Membangun Kekuatan Hati dengan Penolakan Setiap Hari

Gary Almas Samaita

Ketika kamu ingin mendapat beasiswa, nyatanya lembaga pemberi menolak pengajuanmu. Ketika kamu berharap ide kamu lolos dalam lomba tingkat nasional, ternyata panitia menolak proposalmu. Ketika kamu mendamba cintanya, tapi dia tak tertarik dengan dirimu.


Terima atau tidak, tak semua hal dapat berjalan sesuai yang kita inginkan. Namun, bukan berarti hati kita harus hancur setiap kali harapan berujung kecewa bukan?

Ada tiga cara yang saya coba untuk menghadapi penolakan:

Menghindar dari penolakan dengan tidak melakukan apa-apa.

Tak perlu lakukan apa-apa jika kamu enggan menerima sakitnya penolakan. Jelas, inilah cara yang paling mudah, namun bayarannya sangat besar. Dengan menghindari setiap hal karena mengkhawatirkan penolakan, tidak ada perubahan yang akan datang. Tak ada perubahan, tak ada kemajuan, masa depanmu pun jadi taruhan.

Cara yang satu ini bukanlah cara untuk kamu masih mengejar masa depanmu. Solusi sesaat yang sangat merugikan, tidak perlu kamu lakukan. Percaya deh.

Melakukan dan menawarkan yang terbaik pada orang yang tepat.

Lakukan yang terbaik. Jika kamu mengharap lolos beasiswa, tentu harus diupayakan dengan segala kelengkapannya. Pelajari apa saja yang lembaga pemberi beasiswa cari dan miliki itu. Jika kamu menginginkan ide dan usahamu dapat diakui dalam kompetisi, berikan yang terbaik. Jika hatinya yang kamu dambakan, maka kejar dengan cara yang sesuai dan daya tawar dirimu sebaik mungkin.

Cara ini membutuhkan usaha, kemampuan, waktu, dan analisis yang sesuai. Tak cukup sekali-dua kali mencoba untuk benar-benar memahami apa makna dari 'sesuai'. Ada banyak kondisi yang berbeda dimana kita harus dapat menempatkan segala sesuatunya hingga sesuai dengan kondisi tersebut. Namun, jika bisa menjadi yang terbaik di kondisi yang tepat, siapa yang mau menolak? Hanya Tuhan, itu pun kalau Tuhan mau.

Membangun kekuatan hati.

Melakukan hal yang terbaik tentu menjadi cara yang paling tepat. Tentu harus ada proses agar kamu bisa menjadi yang terbaik. Penolakan punya peran besar di sini. Kamu yang beruntung bisa menjadi yang terbaik tanpa perlu banyak menghadapi penolakan. Kamu yang lebih beruntung akan menemukan banyak penolakan sebelum akhirnya menjadi yang terbaik. Karena ternyata, setiap kali kamu mendapat penolakan, hatimu akan menjadi lebih kuat!

Cara inilah yang paling tepat untuk kamu yang masih mengejar predikat terbaik, namun belum siap menerima penolakan.

Lantas bagaimana kita bisa membangun kekuatan hati? Beberapa waktu lalu saya menemukan video yang menjelaskan bagaimana seseorang dapat menjadi lebih kuat dengan penolakan. Tertarik mencoba, saya pelajari lebih lanjut. Rupanya sederhana sekali.



Jason Comely, penulis yang kebal penolakan, gunakan satu metode yang hanya membutuhkan nyali, yakni Rejection Therapy alias terapi penolakan. Caranya sederhana, kamu hanya perlu meminta orang melakukan hal yang menurutmu bakal menolak permintaanmu. Setiap hari, pada orang yang berbeda, selama 30 hari. Dalam video di atas, penolakan diharapkan datang dari orang asing, yang mereka enggak kenal sebelumnya.

Contohnya,
Kamu akan membeli buku favoritmu. Saat akan membayar, tanyakan dengan senyum penuh harap,
Kamu: "Mbak, saya suka buku ini. Boleh saya beli satu tapi dapat dua?"
Mbak kasir: "... Enggak mas, beli satu dapetnya satu..."
Kamu: "Yah.. maaf ya mbak, saya sudah ganggu.."

Atau ketika kamu butuh uang jajan,
Kamu: "Mas, saya boleh saya minjem uang 100rb untuk jajan?"
Mas kaget: "... Siapa kamu?"
Kamu: "Ok, maaf, mas.."

Atau mungkin ketika kamu punya setangkai bunga, secara acak kamu berikan pada perempuan yang menurutmu menarik.
Kamu: "Mbak, maaf, ini buat mbak."
Mbak cantik: "... saya sudah punya pacar mas."
Kamu: "Oh.."
Pacar si Mbak cantik: "Sampeyan ngapain mas?"
Oke, mungkin contoh terakhir perlu kehati-hatian. Tapi intinya sederhana, kamu cuma perlu mendapat penolakan sehari sekali. Bahkan menyapa orang asing secara acak pun bisa.

Menurut saya, dengan mengharap penolakan, berarti hati kita bisa lebih siap ketika penolakan itu datang. Jika lantas permintaanmu diterima, itu pun hal yang baik bukan?

Tantangan 30 hari ini sangat menarik, mungkin kelak akan saya coba terapkan meski mungkin tidak lebih ekstrim dari ketiga contoh di atas. Jika kamu merasa kamu punya nyali, siapa tahu kamu juga bisa kebal penolakan seperti Jason Comely dan lebih kuat menghadapi penolakan di saat yang akan datang.

2 komentar :