Simulasi(Siksa)Dunia Kerja dari Game Don't Get Fired

Gary Almas Samaita


Beberapa hari yang lalu, saya mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan. Tapi memang dasarnya sial. Perusahaan tersebut menolak mentah-mentah. Dua, hingga tiga perusahaan pun didatangi demi pekerjaan sebagai intern, tapi semua kompak menolak.

Ahh, untung saja saya mengalami penolakan-penolakan tersebut dalam sebuah game belaka. Pengalaman tersebut saya peroleh dari sebuah game yang memberikan simulasi sebagai pencari kerja yang frustasi. Saya cukup terkejut mengetahui ada game semacam ini.

Pada awalnyaGame ini menarik rasa penasaran saya kala saya sedang iseng mencari game Cardboard. Dengan karakter yang bergaya pixel art selayaknya game kairosoft, game Don't Get Fired ini memaksa kita untuk merasakan kehidupan seorang pencari kerja. Tapi, jangan sampai ikut tertipu dengan tampilan visual. Karena ternyata isinya benar-benar penuh dengan siksaan tingkat tinggi!


Game diawali dengan monolog karakter yang baru memulai mencari kerja. Mirip seperti realita yang diperbincangkan orang, dalam game ini saya kesulitan lolos dalam interview. Satu perusahaan atau dua perusahan okelah bisa diterima. Saya makin kesal ketika perusahaan keenam menolak lamaran pekerjaan saya.

Don't Get Fired hanyalah siksaan berkedok game. Karena nyatanya saya hanya disiksa melihat lamaran pekerjaan karakter saya terus-menerus ditolak. Tak ada kesempatan bermain di menit-menit awal. Mungkin memang saya sedang kurang beruntung, karena dalam game ini hasil interview didasari pada peluang saja.


Hebatnya, karakter dalam game ini tak menyerah. Meski ibunya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda menyerah, karakter saya tetap melamar pekerjaan di perusahaan ketujuh. Dan Alhamdulillah! Akhirnya karakter saya memperoleh pekerjaan pertamanya! :D


Karir pun dimulai. Meski harus merangkak dari titik yang lebih rendah dari karyawan, karakter saya tetap optimis untuk berkembang. Yap! Hari pertama sebagai karyawan magang pun dimulai..


Tak banyak yang bisa dilakukan sebagai karyawan magang. Dalam game ini, pekerjaan sebagai karyawan magang hanya satu: mengerjakan pekerjaan atasan. Dari karyawan kontrak yang duduk di sebelah hingga Vice President, semuanya menggantungkan pekerjaan ke karyawan magang. Pekerjaan menggunung? Derita anak magang. Saya yang mengira diri saya sedang bermain pun tetap santai menerima pekerjaan dari para atasan.

Tapi memang malang tak dapat ditolak, karakter saya tiba-tiba menerima evaluasi.


Ya. Hidup memang kejam. Perusahaan akhirnya meminta saya mengundurkan diri. Coba tebak alasannya:



Waw! Sudah tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan! Ternyata sebagai karyawan magang, karakter saya tidak boleh terlalu banyak bekerja. Yang lebih menyebalkan, saya tak sempat naik jabatan, sehingga pesangon pun tak ada. Hebat..

Sudah sejauh ini, apakah karakter saya menyerah? Tentu tidak! Saya terus membopong karakter saya melalui banyak cobaan. 


Tiap monolog sebelum memasuki gedung untuk interview kadang cukup aneh dan kocak. Tapi yang satu ini benar-benar bikin heran. Kawan karakter saya rupanya sangat beruntung bisa mendapat pekerjaan di departemen manajemen hanya bermodal lima tahun mengurus adik-adiknya. Karakter saya belum bisa seberuntung itu.

Bayangkan saja, beberapa kali saya harus dipecat hanya karena kesalahan-kesalahan yang masih bisa ditoleransi di dunia nyata. Tapi memang game Don't Get Fired ini adalah siksa berkedok game, maka yang terjadi tentu nol toleransi. Sekali, saya pernah berhenti karena karakter saya bekerja kelewat keras sampai jatuh sakit.


Untungnya pada saat itu karakter saya sudah naik jabatan, dari karyawan magang menjadi karyawan kontrak. Sehingga saya memperoleh sedikit pesangon. Pernah juga karena saya tidak segera mengurus pekerjaan yang dioper atasan.


Sedikit pembelaan saja, pada saat itu meja karakter saya sudah menggunung hingga buku lainnya sudah tidak muat lagi dan pekerjaan baru tak bisa diambil sebelum pekerjaan sebelumnya selesai. Salahkah saya? Ya, salah saya. Karyawan magang di game ini tak bisa membela diri :')

Momen paling menyenangkan dalam game ini tentu adalah saat naik jabatan! Yep, saya sudah pernah berhasil naik jabatan hingga menjadi karyawan tetap.


Karakter saya yang paling menderita. Mata sudah memerah, kantung mata yang membengkak. Pikir saya, dengan jabatan yang sudah lumayan tinggi, saya bisa mengoper beberapa pekerjaan agar dapat dikerjakan oleh karyawan kontrak dan magang.

Tapi saya salaaah!!


Para atasan tetap mengoper pekerjaan pada saya. Tumpukan pekerjaan yang terjadi saat saya menjadi karyawan magang tetap ada di meja saya! Karyawan kontrak dan magang ngapain aja?! Kok rasanya lebih menyenangkan :') Ahh, mengapa ini terjadi pada sayaaa...?!

Alhamdulillah, semua pengalaman di atas hanya terjadi dalam game Don't Get Fired. Meski penuh cobaan, game ini tetap memberi simulasi yang cukup memberikan ilmu tambahan. Seperti misalnya bagaimana menyikapi guyonan atasan, membuat atasan senang, juga menjawab telepon masuk. Ilmu tambahan yang trivial memang, karena ilmu sebenarnya ada pada bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas diri sebagai tenaga kerja sembari tetap memenuhi kewajiban posisi diri.

Perlahan tapi pasti, kita akan tiba di saat dimana kualitas kita sudah setara dengan pimpinan perusahaan. Insya Allah, hari itu pun akan tiba jika usaha dan doa terus mengiringi langkah kita.

Jika kamu punya nyali dan tenaga untuk menikmati simulasi dunia kerja ala Don't Get Fired, kamu bisa unduh aplikasinya di sini.
Tip terakhir dari game ini:



7 komentar :

  1. ada saja oknum yang buat game ginian, tp salut ma idenya

    BalasHapus
  2. hahaha, idenya gokil. merasakan stress dunia kerja lewat game. kalau keseringan game ove rmain game ini, ending2 nya kita bakal main game whack your boss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hati-hati ketahuan si bos, bisa timbul salah paham :D

      Hapus
  3. ada game ginian juga ya
    kayaknya bikin frustasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget :') Awal-awal permainan hanya bisa legowo lihat lamaran kerja ditolak.

      Hapus