Sudah menjadi tradisi dalam Pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro(HIMATEKTRO) ITS, bahwa setiap calon wajib mengikuti serangkaian acara dalam masa kampanye. Salah satu yang menjadi momen terbaik bagi mahasiswa untuk mengenal kemampuan para calon adalah melalui debat terbuka, kampanye lisan. Para mahasiswa diizinkan mengajukan pertanyaan, juga pernyataan untuk menguji kesiapan calon.
Saya sendiri mendapat kesempatan untuk bertanya dua hal. Pertanyaan pertama, saya mencoba menguji kebijakan calon soal Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 dan Peraturan Walikota Surabaya No. 25 Tahun 2009 tentang "Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok".
Sedikit mengherankan ketika para calon menyatakan tidak menolak dan memilih membiarkan mahasiswa melakukan aktifitas rutin merokoknya karena pada dasarnya merokok adalah hak individu yang tidak diharamkan oleh agama. Strategi yang dipersiapkan pun hampir tak ada selain mengingatkan dan mengarahkan perokok agar merokok pada tempat yang sudah disiapkan.
Yahh, mungkin lupakan saja adanya Perda dan Perwali yang sudah dibuat dengan memakan banyak biaya dari rakyat, karena ada ungkapan "Peraturan ada untuk dilanggar".
Pertanyaan kedua, menyangkut finansial himpunan. Ormawa pada hakikatnya menyerap anggaran kemahasiswaan yang diberikan oleh birokrasi terdekatnya. Penyerapan anggaran dipertanggungjawabkan dengan menyerahkan Surat Pertanggungjawaban berisikan daftar pengeluaran dan stempel toko yang memenuhinya. Pada praktiknya, banyak permainan kotor. Entah angka pengeluaran atau stempel toko yang fiktif.
Moral mahasiswa diracuni. Sehari-hari memaki koruptor sambil berlatih memalsukan laporan keuangan.
Bagaimana pun, adanya dana kemahasiswaan harus bisa terserap dan dimanfaatkan. Himpunan juga tidak sanggup berjalan tanpa adanya uang. Maka, saya menanyakan, mana yang akan lebih diusahakan oleh para calon, 100% SPJ jujur atau 100% Mandiri Finansial. Mandiri secara finansial artinya sudah mampu mencari uang sendiri, tak lagi mengemis dari pintu ke pintu para alumni.
Para calon lebih memilih mengusahakan 100% SPJ Jujur namun juga tak berani menjanjikan akan benar 100%. Alasan teknis menjadi andalan, seperti pencarian stempel toko yang sulit dimana memang tak semua toko memiliki dan bersedia membubuhkan stempelnya. Padahal ada banyak jurus yang dapat dilancarkan, baik untuk mencapai 100% Mandiri Finansial maupun 100% SPJ Jujur. Beberapa diantaranya ada di post ini.
Hanya tersisa beberapa hari, hingga mahasiswa Teknik Elektro ITS menentukan pilihan hati.
Akan seperti apa hasil pemilu ini? Kita lihat saja di tanggal 28 Mei nanti!