Film Review: Wolf Children, Perjuangan Hana Membesarkan Ame & Yuki

Gary Almas Samaita



Tak perlu menjadi seorang ayah atau ibu untuk mengetahui bahwa membesarkan dan mendidik anak adalah hal yang sangat sangat sulit. Namun ternyata, orangtua kita memilih untuk melakukannya.

Mamoru Hosoda, sutradara dan animator asal Jepang, justru mencoba berimajinasi lebih. Ia melipatgandakan tingkat kesulitan proses membesarkan dan mendidik anak, dan mengangkatnya ke dalam sebuah animasi berjudul Wolf Children: Ame & Yuki (Ōkami Kodomo no Ame to Yuki).



Plot


Hana, hanyalah seorang mahasiswi biasa. Belajar di siang hari, bekerja di malam hari. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah ia jatuh hati pada salah satu sosok di kelasnya, pria yang ternyata seorang manusia serigala. Bersama pria itu, Hana memiliki dua anak, Yuki dan Ame, yang mewarisi darah serigala.

Masalah mulai muncul tak lama setelah Ame lahir. Pria serigala tersebut tewas saat berburu. Hana tetap tegar dan berjuang keras membesarkan kedua anaknya.

Kehidupan di kota memaksa Hana menghadapi berbagai persoalan. Hana kesulitan untuk terus menutupi fakta bahwa kedua anaknya adalah separuh manusia-separuh serigala. Apalagi Yuki dan Ame masih kanak-kanak dan belum begitu paham kapan mereka harus mengendalikan wujud serigalanya. Akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke daerah terpencil dan memulai kehidupan barunya bersama Ame & Yuki.


Opini Pribadi


Istilah manusia serigala, mungkin di Indonesia kini berkonotasi negatif, akibat adanya sinetron yang terlampau 'berbelok jauh' dalam menggambarkannya. Untungnya, Mamoru Hosoda berakal sehat dan mengilustrasikan manusia serigala dengan rupa yang mudah diterima.

Fokus utama dari animasi ini bukan pada kisah asmara Hana semasa remaja, melainkan pada cinta kasih Hana pada kedua anaknya. Nyatanya, kehidupan asmara Hana digambarkan cepat, 'hanya' makan waktu sekitar 18 menit awal dari 117 menit keseluruhan animasi. Sisanya membahas bagaimana kedua anaknya tumbuh besar dengan kasih sayang dari Hana.

Hana tak hanya membesarkan anaknya dengan cara yang umum, namun juga memperhatikan sisi serigala kedua anaknya. Hal ini ditampilkan pada salah satu adegan dimana Hana mengajak kedua anaknya melatih insting serigala di pegunungan. Pindah ke daerah terpencil menjadikan Ame dan Yuki lebih leluasa dalam wujud serigalanya.

Bagi saya, animasi ini tak sekedar animasi hiburan keluarga biasa, namun juga menjadi metafora dari kehidupan. Hal tersebut digambarkan saat Ame dan Yuki mulai bersebrangan jalan hidup. Yang satu memilih berbaur dengan manusia, sementara satunya memilih menyendiri, menjaga gunung sebagai serigala. Di sini, Hana mendapat ujian untuk rela menerima pilihan hidup anaknya atau tidak.

Hana menjadi umpama dari orangtua yang kelak akan menemui anaknya memilih jalan hidup. Siapkah para orangtua meski jalan yang diambil anaknya seekstrim itu? Bahkan setelah para orangtua menyadari bahwa pilihan anak mereka bisa membahayakan hidup mereka?

Kesimpulan


Jika anda penikmat film dengan kisah cinta keluarga, single parent, atau seorang anak, animasi ini wajib anda tonton. Nilai-nilai kehidupan tersirat di sana-sini. Perjuangan orangtua anda membesarkan dan mendidik anda dapat terwakilkan di sini.

Soal kualitas, anda tidak perlu khawatir. Skor tinggi dari IMDb(8.2/10), MyAnimeList(8.9/10), RottenTomatoes(93%), dan Common Sense Media(5/5), adalah bukti bahwa animasi ini memiliki kualitas tinggi. Jika masih ragu, anda bisa lihat juga trailernya:


2 komentar :

  1. wah, serigala :D
    jadi inget GGS
    btw, udah ada di kirby belum nih?
    lengkap ga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada mas, sedot aja :D Movie, enggak serial. Tapi kalau ada serialnya mungkin bagus ya :D

      Hapus